News

Latest Post
Loading...
“Tiga syarat menghadapi tantangan global; perkuat kemandirian bangsa, tingkatkan daya saing, dan miliki peradaban bangsa yang mulia”. (Susilo Bambang Yudhoyono)

Kamis, 30 November 2023

Program yang Berdampak Positif pada Murid

Rochimudin | Kamis, 30 November 2023 | 02.09 |

Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid merupakan salah satu bahasan modul penghujung dari serangkaian modul pada diklat Calon Guru Penggerak Angkatan 8. Dengan mempelajari modul 3.3 ini telah memberikan kesan mendalam bagi diri saya, karena materi yang diberikan merupakan pengalaman baru bagi saya tentang bagaimana membuat program yang dapat mendorong suara, pilihan, dan kepemimpinan yang berdampak positif bagi murid.

Selain itu dapat membentuk karakter murid yang berkesesuaian dengan profil pelajar Pancasila. Hal itu memberikan pemahaman tentang pentingnya keterlibatan murid secara aktif dalam menyusun program sekolah misalnya tata tertib sekolah, visi dan misi sekolah, dsb. Dengan adanya keterlibatan murid bisa menjadikan kekuatan yang mengubah sesuatu menjadi lebih baik dan dapat menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan murid melalui OSIS dan kegiatan ekstrakurikuler.

Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?

Dasar filosofi dari Ki Hajar Dewantara, bahwa pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat), yang mampu bergotong royong.

Berlatih kepemimpinan di kalangan pemuda memerlukan keterlibatan murid untuk berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dan berkontribusi dalam masyarakat dan lingkungan yang lebih luas. Dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid mengembangkan berbagai sikap positif termasuk cinta kebersihan lingkungan, toleransi, tertib hukum yang merupakan pengejawantahan dari iman, ketaqwaan, dan akhlak mulia dan mandiri.

Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dapat mengambil kontrol dan bertanggung jawab pada proses pembelajaran mereka sendiri  secara mandiri. Intinya, kepemimpinan merupakan kemampuan murid dalam mengungkapkan gagasan-gagasan atau ide-ide yang mengarah pada proses pembelajarannya sendiri, mengkomunikasikan gagasan dan membuat pilihan-pilihan dalam proses pembelajaran.

Pada saat murid menjadi pemimpin atau student agent, maka sebenarnya mereka memiliki suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajarannya sendiri. Kepemimpinan murid dapat tercapai jika pendidik dapat mendorong munculnya tiga aspek tersebut. Oleh karena itu ini menjadi tantangan guru bagaimana menggali potensi dan mengembangkan bakat siswa dengan serangkaian kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid.

Pendidik berperan menfasilitasi dengan menciptakan lingkungan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid. Dengan tumbuhnya kepemimpinan murid maka tujuan menciptakan profil pelajar Pancasila pada diri murid pun akan tercapai. Meskipun demikian tentu akan dijumpai hambatan dan tantangan. Mendidik generasi murid sekarang tidak bisa dilakukan dengan cara-cara terdahulu. Jaman telah berubah dan banyak ilmu pendidikan yang dapat kita pelajari untuk mewujudkannya.

Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya dukungan lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dan peran keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkannya, serta lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif, dan bijaksana. Lingkungan yang baik dengan budaya-budaya positif harus dibentuk, dibiasakan dan diaktualisasikan setahap demi setahap.

Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya?

Keterkaitan Modul 3.3 ini dengan modul-modul sebelumnya yaitu kita diajak kembali untuk menghubungkan materi yang sudah dipelajari sebelumnya untuk membantu dalam pembuatan program. Setiap modul saling terkait dan saling dibutuhkan supaya menjadi lengkap dalam mempeajarinya.

Mendesaian perencanaan dan pengelolaan program sekolah secara cermat dan tepat menjadikan pengelolaan program sekolah menjadi jelas dan berdampak pada murid. Keterlibatan murid menjadi penting agar kita dapat mendengar suara mereka dan pilihannya.

Resiko tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan karena apabila resiko tidak dikelola dengan baik, maka akan mengakibatkan hambatan dan kerugian. Untuk itu, sekolah bisa meminimalisasi sehingga program sekolah yang telah direncanakan berjalan dengan baik.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 1.1

Filosofi Ki Hajar Dewantara, bahwa guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu masyarakat. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya. Berkembangnya kodrat murid tentu sekolah atau guru harus memiliki program untuk itu.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 1.2 mengenai nilai dan peran guru penggerak.

Nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tersebut tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 1.3

Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA. Perencanan program sebaiknya memenuhi tahapan 5D / BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi) sehingga program yang terwujud akan lebih tearah dan tertata. Konsep BAGJA hadir sebagai model manajemen perubahan yang membantu mewujudkan murid merdeka belajar di sekolah. Konsep ini juga dikenal dengan strategi 5D yaitu Define, Discovery, Dream, Design and Destiny.

Define berarti pentingnya menentukan suatu arah dan tujuan dari program yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan utama yang dibuat untuk mengarahkan kepada penelusuran hal-hal yang akan dilakukan. Discovery sebagai cara untuk menemukan potensi terbaik yang dimiliki atau dikenal dengan tahap pencarian jati diri. Dapat dilakukan dengan mengambil pelajaran pada peristiwa yang terjadi sebelumnya. Dream artinya dengan harapan, mimpi dan segala hal yang mungkin menjadi cita-cita bersama melalui program yang direncanakan. Tentunya mimpi ini dapat dicapai jika ada kolaborasi dan dukungan dari seluruh warga sekolah serta stakeholder yang ada. 

Design merupakan rancangan langkah strategi untuk melaksanakan program. Strategi yang efektif diperlukan untuk mencapai visi misi. Hal ini dapat dikembangkan ke hal-hal positif yang menjadikan murid merasa aman, nyaman dan bahagia. Sehingga, diperlukan Destiny atau cara membangun budaya melalui inovasi pembelajaran dan kreativitas yang tinggi dalam model pembelajaran.

Dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 1.4

Budaya positif, berupa lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Guru seyogyanya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 2.1

Dengan pembelajaran berdiferensiasi maka guru dapat memberikan pelayanan terbaik yang berpihak pada murid, karena pembelajaran dapat melayani gaya belajar dan kebutuhan murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 2.2

Guru dilatih untuk senantiasa mampu mengembangkan kompetensi sosial murid. Tehnik mindfullness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional (KSE) yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 2.3

Coaching merupakan langkah dalam menggali potensi/ide/gagasan murid. Hal ini dikarenakan melalui coaching maka dapat melejitkan kinerja murid untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang dihadapi ketika melaksanakan program sekolah yang berdampak pada murid. Dengan coaching berperan bagi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak dan memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir.

Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 3.1

Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus dapat mengambil keputusan secara bijak diantaranya yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip serta paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral. Disinilah guru harus berani dan berhati-hati dalam menentukan pilihan.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 3.2

Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah dituntut mampu memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun nonfisik. Itu digunakan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas pendidikan. Pendekatan berbasis masalah juga penting meskipun ada beragam kekurangannya, penerapannya harus disesuaikan dengan situasi kondisi atau konteks yang tepat. Dengan berfokus pada pengelolaan aset yang dimiliki, pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik.

Dalam Modul 3.3 tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid, ada tujuh aset atau modal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah, antara lain: modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui dan memahami modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru bisa memetakan tujuh aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah.

Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya, jelaskanlah perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana seharusnya program-program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?

Dari pemaparan saya di atas sudah terlihat keterkaitan antarmodul. Mempelajari modul – modul yang ada memberikan arah terwujudnya visi Pendidikan Indonesia sesuai dengan yang diamanatkan Ki Hajar Dewantara sebagaimana dalam filosofinya. Kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa penyusunan program sekolah perlu mempertimbangkannya secara matang agar dapat memberikan dampak yang positif bagi murid.

Dari sini terlihat peran guru sangat besar untuk mengembangkan diri untuk meningkatkan kualitas murid melalui program tersebut. Pengalaman masa lalu membuat saya belum menjadi sosok guru sepenuhnya, dan itu membuat saya terus belajar dan akan terus belajar. 

Dengan perannya sebagai guru setelah belajar BAGJA, maka dalam menyusun program dengan mempertimbangkan suara murid direncanakan melalui tahapan BAGJA, dilaksanakann dengan melibatkan peserta didik secara langsung dan setelahnya dievaluasi melalui sembilan langkah tahapan pengujian dan pengambilan keputusan.

Berdasarkan langkah program yang direncanakan sekolah, maka saya akan berupaya memberikan dampak yang positif pada peserta didik. Dari hal tersebut sebagai guru penggerak dapat mengimplementasikan suara murid untuk menyusun suatu program yang nantinya diharapkan memberikan dampak positif dan kontribusi bagi murid.

Program andalan tersebut adalah Praktik-Praktik Budaya Toleransi yang merupakan program untuk menjaga harmonisasi pergaulan sosial di lingkungan kelas dan sekolah. Dengan program kegiatan tersebut, murid dapat terlibat membuat kriteria penilaian yang akan dilakukan oleh murid secara bergantian sesuai dengan jadwal.

Hasil yang dinilai bersama disampaikan secara langsung kepada kelas yang diobservasi, dan dilaporkan kepada Wakasek kesiswaan dan Kurikulum untuk selanjutnya dilaporkan ke wali kelas. Program ini disusun dengan memperhatikan tahapan BAGJA dengan harapan semua elemen tergerak dan bergerak baik dari murid maupun guru. Demikian pemaparan koneksi antarmateri Modul 33 dengan modul-modul sebelumnya. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca semua, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Koneksi antarmateri Modul 3.3


Get free daily email updates!

Follow us!


Ditulis Oleh: Rochimudin ~ Untuk Pendidikan Indonesia

Artikel Program yang Berdampak Positif pada Murid Semoga bermanfaat. Terimakasih atas kunjungan dan kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar baik FB comment maupun comment di blog. Sebaiknya berikan comment selain di FB comment agar cepat teridentifikasi.

Artikel Berkaitan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan

//