News

“Tiga syarat menghadapi tantangan global; perkuat kemandirian bangsa, tingkatkan daya saing, dan miliki peradaban bangsa yang mulia”. (Susilo Bambang Yudhoyono)

Senin, 07 Oktober 2024

MODEL C++ DALAM PENDAMPINGAN PPL PPG PRAJABATAN

Rochimudin | Senin, 07 Oktober 2024 | 07.51 |
A. Pendahuluan

Salah satu program dari Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam mempersiapkan guru yang professional melalui Program Pendidikan Guru (PPG). Ada dua jalur pelaksanaan PPG yaitu prajabatan dan dalam jabatan. Meskipun demikian kedua jalur tersebut mensyaratkan peserta PPG untuk melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah yang ditentukan meskipun bagi lulusan LPTK sudah pernah PPL saat menempuh Pendidikan Sarjana.

Persiapan Coaching ++ (Dok. penulis)

Saya menyambut dengan antusias program tersebut dan sudah menjadi guru pamong PPG sejak tahun 2017 untuk PPL S1 reguler maupun PPG. Untuk membimbing PPL antara reguler S1 dan PPG diperlukan pendekatan yang berbeda meskipun ada beberapa persamaan. Berbeda karena peserta PPG dari lulusan LPTK sudah pernah PPL namun dari lulusan non LPTK belum pernah PPL. Kedua, peserta PPG dalam jabatan sudah pernah atau sedang bekerja sebagai pendidik di sebuah sekolah, sedangkan peserta dari PPG prajabatan beberapa sudah pernah mengajar di sekolah atau bekerja di luar sektor pendidikan. Ketiga, secara usia, peserta PPG lebih dewasa dan berpengalaman dari kompetensi kepribadian dan sosial.

Pada tulisan ini, penulis memfokuskan pada pendampingan PPL dari PPG prajabatan. Mereka sedang dan telah belajar atau sedang kuliah beragam mata kuliah keguruan atau kependidikan. Mereka telah lulus Sarjana dan sebagian juga mempunyai pengalaman mengajar. Peserta PPL PPG prajabatan ini memang memiliki niat dan fokus menjadi guru profesional dan memiliki harapan cerah untuk menjadi ASN/P3K.

Dalam pelaksanaan PPL, mahasiswa PPG prajabatan ini diupayakan mengajar pada semua jenjang kelas supaya lebih mengetahui materi, tingkatan psikologis dan pedagogik peserta didik. Kegiatan PPL juga butuh persiapan dan penyikapan yang lebih baik dalam menguasai berbagai metode dalam Kurikulum Merdeka, pemilahan dan pemilihan sumber belajar, penguasaan teknologi pembelajaran, asesmen, tindak lanjut pembelajaran, dan sebagainya. Intinya bukan program PPL biasa namun program tingkat lanjut dalam waktu yang dekat untuk memperoleh status atau jabatan guru profesional. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memiliki gagasan inovatif yang telah telah diimplementasikan dalam sebuah praktik baik pendampingan PPL Prajabatan yaitu Model C++ dalam Pendampingan PPL PPG Prajabatan di SMA Negeri 9 Semarang.

B. Pembahasan

Kegiatan PPL PPG Prajabatan bukanlah PPL biasa atau seperti PPL reguler mahasiswa strata Sarjana. Inovasi harus dilakukan dalam pendampingan PPL agar peserta PPG tidak seperti mengulang memori PPL saat kuliah sarjana dulu. Target dan fokus dari kegiatannya adalah tujuan (goals) dan proses. Goals atau tujuan yang akan dicapai adalah memiliki empat kompetensi sebagai guru profesional yaitu kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik, dan profesional. Ini adalah harga mati yang tidak bisa ditawar, namun harus dibelajarkan melalui serangkaian kegiatan di sekolah praktikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan inovasi dalam pendampingan atau pembimbingan PPL Prajabatan yaitu dengan menerapkan Model C++ dalam Pendampingan PPL PPG Prajabatan. Model C++ atau Coaching plus plus artinya menerapkan coaching dalam pendampingan PPL ditambah dengan belajar bersama dan ditambah sharing atau berbagi.

Coaching adalah memberikan bimbingan untuk meningkatkan kompetensi sebagai guru profesional dengan cara mengoptimalkan kemampuan potensi diri. Tujuan dari coaching adalah untuk mengarahkan coachee yaitu peserta PPL agar dapat mengembangkan diri dan mengoptimalkan potensi diri. Coach atau guru pamong akan mereview tugas dan permasalahan coachee dan mendorong untuk mencari solusi terbaik bagi dirinya. Guru pamong mendudukan diri sebagai partner atau mitra sehingga tidak menggurui.

Metode yang diterapkan adalah berfokus pada tujuan atau goals yang hendak dicapai dengan mengajukan pertanyaan, mendengarkan dan memberi tantangan untuk menemukan untuk menemukan solusi terbaik bagi diri mereka sendiri. Disini tidak ada upaya mengarahkan ataupun mengadili terhadap coachee. Dengan adanya kerjasama dari guru pamong dan peserta PPL maka peserta PPL akan mendapatkan kejelasan dari tujuan yang hendak diraih dan bagaimana menciptakan sistem yang sesuai untuk mencapai tujuan.

Tambahan untuk coaching plus (+) yang pertama adalah belajar bersama. Belajar bersama untuk menguasai metode, asesmen maupun media yang sama-sama antara guru pamong dan peserta PPL yang belum dikuasai dengan baik. Misalnya pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (artificial inteligence) untuk pembelajaran, pemilihan sumber belajar yang sesuai, upaya mengatasi masalah peserta didik, dan sebagainya. Guru pamong harus merasa haus akan ilmu dan skill sehingga belajar bersama dan mencarinya di internet ataupun dosen pembimbing PPL.

Tambahan untuk coaching plus (+) yang kedua adalah berbagi atau sharing. Ilmu dan skill baru yang didapatkan pada perkuliahan PPG ataupun dikuasai melalui belajar otodidak dari berbagai sumber dapat dibagi kepada guru pamong untuk diterapkan di kelas. Demikian juga, pengalaman, keahlian, tips dan trik juga dibagikan kepada peserta PPL untuk memudahkan meraih tujuan penguasaan kompetensi guru. Setidaknya dengan berbagi maka guru pamong senang dan peserta PPL juga riang. Ilmu dan skill yang dibagi akan terus melekat dan berkembang, apabila tidak dibagi maka bisa menjadi lupa dan hilang.

Pada saat belajar bersama dan berbagi ini sering kali membutuhkan sarana dan prasarana. Oleh karena itu kami memanfaatkan tempat yang memungkinkan untuk diskusi seperti ruang perpustakaan, taman, halaman, kantin, dan sebagainya. Apabila menyangkut penerapan teknologi maka kami menggunakan gawai masing-masing yang terhubung ke internet sekolah untuk mencari dukungan maupun sumber belajar. Pada intinya, penerapan coaching++ ini tidak membutuhkan tempat dan peralatan khusus, namun kami memanfaatkan apa yang tersedia dan diijinkan oleh pihak sekolah.

Model C++ tidak hanya untuk mengajar dan menyikapi peserta didik saja namun lebih dari itu. Dari penjelasan tersebut, maka diharapkan untuk kemajuan potensi diri PPL yang muaranya menjadi guru yang benar-benar professional dan membentuk peserta didik mencapai kompetensi capaian pembelajarannya. Oleh karena itu, beberapa pihak yang dilibatkan dalam coaching ++ ini tergantung pada situasi dan kondisi topik yang dibahas. Misalnya melibatkan Tim Kesiswaan atau wali kelas dalam menganalisis kelas, ketua panitia lomba atau kegiatan untuk mensukseskan event sekolah, guru TIK untuk membantu penyiapan laboratorium komputer ataupun jaringan internet.

Penampilan atau performa mengajar peserta PPL PPG Prajabatan ini di kelas semakin mantap, menguasai situasi dan kondisi serta pembelajaran menjadi makin menyenangkan dan berkesan. Hal itu karena modul ajar telah dibahas bersama, menggunakan berbagai aplikasi dan metode pembelajaran yang sesuai kelasnya. Pemahaman terhadap peserta didik juga makin baik dan interaksi tidak hanya terjadi di kelas namun juga di luar kelas saat bukan jam pelajaran.

Secara sosial, hubungan peserta PPL dengan guru-guru dan kepala sekolah juga baik dan sering terlibat dalam berbagai kegiatan sekolah seperti kegiatan pembinaan sekolah ramah anak, kegiatan proyek Pelajar Pancasila, lomba-lomba di sekolah, dan sebagainya. Meskipun demikian terdapat tantangan dan hambatan dalam pelaksanaannya.

Tantangan pertama dalam pelaksanaan coaching antara lain membutuhkan waktu yang cukup dan dapat berlangsung lama apabila topik pembicaraan menarik ataupun kasuistis. Penulis dan peserta PPL PPG Prajabatan menyiasatinya dengan memanfaatkan waktu istirahat kedua di sekolah yang Panjang (dari pukul 11.45-12.30), pada jam kosong saat tidak mengajar maupun sore hari setelah pembelajaran.

Tantangan kedua adalah tempat diskusi sebab sulit menemukan ruang yang kondusif untuk diskusi, belajar bersama maupun berbagi pengalaman. Hal itu diatasi dengan berdiskusi di perpustakaan, taman ataupun mengajak peserta PPL dari jurusan lain untuk bergabung.

Hambatan yang didapatkan saat menerapkan model C++ ini yang pertama adalah peserta PPL yang masih belum terbuka terhadap kekurangannya sehingga perlu digali dan dimotivasi oleh guru pamong. Kedua, antara guru pamong dan peserta PPL sudah membuat janji waktu diskusi namun tiba-tiba ada panggilan konsultasi tugas di kampus sehingga waktu coaching dipindahkan ke lain waktu.

Kelebihan dari model C++ ini yang pertama merupakan cara efektif mengoptimalkan kemampuan dan potensi peserta PPL sebagai mitra sehingga tidak berkesan menggurui atau memerintah. Kedua, sama-sama mendapatkan ilmu dan skill baru dari belajar bersama dalam pembelajaran ataupun kolaborasi mengajar antara guru pamong dengan PPL. Ketiga, selalu fokus pada tujuan karena ada diskusi bersama secara kolaboratif bahkan mengerjakan proyek pembelajaran bersama.

Setelah pelaksanaan satu kegiatan misalnya mengajar, penyusunan PTK, pembuatan media pembelajaran untuk kelas atau jenjang kelas tertentu, kami melakukan refleksi bersama. Tidak ada penghakiman apabila terdapat masalah dan kendala. Intinya masalah dan kendala membuat kita makin berpengalaman dan dapat menentukan bagaimana dan apa yang terbaik untuk ke depannya.

Pada saat diseminasi praktik baik model C++ ini di sekolah, model ini mendapatkan antusias dari rekan guru terutama yang menjadi guru pamong. Sambutan dan dukungan juga datang dari kepala sekolah dan dosen pembimbing lapangan. Para rekan guru berkeinginan hendak menerapkannya juga.

B. Penutup

Pendampingan PPL PPG Prajabatan memerlukan pendekatan atau model yang inovatif karena peserta PPL ini sudah sarjana dan sedang belajar pada perkuliahan di kampus. Sebagian sudah pernah bekerja atau berpengalaman mengajar maupun bekerja dibidang yang lain. Oleh karena itu, penulis telah menerapkan Model C++ dalam pendampingan PPL PPG Prajabatan. Model C++ atau Coaching plus plus artinya menerapkan coaching dalam pendampingan PPL ditambah atau plus dengan belajar bersama dan ditambah sharing atau berbagi.

Coaching adalah memberikan bimbingan untuk meningkatkan kompetensi sebagai guru profesional dengan cara mengoptimalkan kemampuan potensi diri. Metode yang digunakan adalah diskusi seperti coach dengan klien yang berfokus pada tujuan yaitu penguasaan empat kompetensi guru profesional. Coaching++ ini berhasil menjadi media efektif dalam pendampingan PPL PPG Prajabatan. Refleksi peserta didik di kelas sering menjadi bahan diskusi untuk perbaikan dan peningkatan.

Kelebihan dalam penerapan model C++ yaitu merupakan cara efektif mengoptimalkan kemampuan dan potensi peserta PPL. Kedua, Guru pamong dan PPL sama-sama mendapatkan ilmu dan skill baru dari belajar bersama. Ketiga, selalu fokus pada tujuan karena ada diskusi bersama secara kolaboratif bahkan mengerjakan proyek pembelajaran bersama.

Oleh karena itu disarankan kepada guru pamong PPL untuk dapat menerapkan model C++ dalam pendampingan PPL PPG Prajabatan. Bagi kampus atau LPTK agae dapat mensosialisasikan model ini kepada para guru pamong di sekolah lain. 


Video pelaksanaan praktik baik Coaching ++ (Dok. youtube/rochimudin)

Apabila pembaca hendak melihat praktik baik pelaksanaan C++ ini dapat mengunjungi tautan video berikut https://www.youtube.com/watch?v=1GQJQCWJH2k. Mohon komentar atau kritiknya pada kolom komentar di bawah ini. Terima kasih.

Get free daily email updates!

Follow us!


Ditulis Oleh: Rochimudin ~ Untuk Pendidikan Indonesia

Artikel MODEL C++ DALAM PENDAMPINGAN PPL PPG PRAJABATAN Semoga bermanfaat. Terimakasih atas kunjungan dan kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar baik FB comment maupun comment di blog. Sebaiknya berikan comment selain di FB comment agar cepat teridentifikasi.

Artikel Berkaitan:

2 komentar:

  1. Sangat menginspirasi pak. Teknik Coaching yang mampu memberdayakan guru PPL PPG

    BalasHapus

Berlangganan

//