News

Latest Post
Loading...
“Tiga syarat menghadapi tantangan global; perkuat kemandirian bangsa, tingkatkan daya saing, dan miliki peradaban bangsa yang mulia”. (Susilo Bambang Yudhoyono)

Jumat, 28 Juli 2023

Sosialisasi Budaya Dan Disiplin Positif

Rochimudin | Jumat, 28 Juli 2023 | 17.57 |
Presentasi materi
Salah satu kegiatan calon guru penggerak adalah melakukan sosialisasi atau diseminasi terhadap apa yang telah diperoleh dalam pelatihan bersama narasumber atau instruktur dan fasilitator secara daring. Adapun dari pengajar praktik juga didapatkan materi penguatannya secara langsung atau offline maupun daring. Praktis pertemuan secara luring atau tatap muka langsung sampai saat ini dilakukan dengan pengajar praktik.

Pada pembelajaran modul 1 baik 1.1 sampai 1.4 telah kami lalui dan tibalah saat berbagi dengan teman atau rekan guru atau komunitas praktisi di sekolah. Sosialisasi kami berikan kepada rekan guru di sekolah yang akan terlibat dalam penyusunan proyek pelajar Pancasila atau P5. Sedangkan dengan komunitas praktisi di luar sekolah yaitu dengan rekan guru-guru PPKn SMA/MA di Kota Semarang. Ketiga dengan para calon guru PPG dari UNNES dan UPGRIS Semarang.

Pada sesi pertemuan dengan teman-teman Penyusun P5 di sekolah, kami banyak menyampaikan inti dari buku dari Diane Gossen yaitu Restitution; Restructuring School Discipline, (2001). Ia telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle. Langkah restitusi yang pertama adalah menstabilkan identitas. Kedua yaitu validasi tindakan bersalah dan ketiga adalah menyanyakan keyakinan.

Praktik segitiga restitusi

Pemberian restitusi harus benar-benar dicermati kasus atau permasalahan yang dialami peserta didik. Peran guru sebagai penuntun murid sebagaimana amanat Ki Hajar Dewantara berusaha dihadirkan melalui berbagai filosofi pendidikan beliau. Intinya adalah kesabaran dan kepedulian terhadap kodrat alam dan kodrat sosial murid.

Murid dibombong atau diangkat pribadinya sebagai manusia yang punya atau mampu berbuat positif. Apabila pernah berbuat salah adalah hal yang wajar sebagai manusia. Yang terpenting adalah bagaimana agar tidak mengulangi dengan menyadarinya dengan komitmen pada nilai-nilai positif yang menjadi keyakinan diri dan bersama dalam lingkungan sekolah.

Banyak rekan guru yang tertarik dengan resyitusi terutama bahasan hukuman, motivasi dan penghargaan. Sekolah kami sebagai sekolah ramah anak telah mengurangi secara drastis atau bila dikatakan menghindari hukuman pada murid. Paradigma yang dipakai adalah setiap murid sebagai manusia dapat sadar setelah dibimbing sesuai dengan kodratnya. Memang mengajak mempelajari paradigm restitusi dari guru penggerak perlu waktu dan kesabaran sebab rekan para guru telah mengajar bertahun tahun dan berada pada zona nyaman. Namun prinsipnya, mereka bisa menerimanya.

Kebutuhan Dasar Manusia

Ketika sampai pada pembahasan kebutuhan dasar manusia, kami semua menyadari bahwa seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power).

Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Kesepakatan Kelas

Selanjutnya kami mempraktikan kesepakatan kelas atau keyakinan kelas. Sebetulnya rekan guru telah melakukan kesepakatan kelas pada awal tahun pelajaran saat masuk kelas pertama kali. Disitu para guru menggali usulan dan alternatif pilihan situasi dan kondisi sebagai tindak lanjut dari tata tertib sekolah di kelas. Secara umum banyak nilai atau kesepakatan kelas yang serupa atau sama, misalnya masuk kelas tidak terlambat, konsentrasi saat pembelajaran, tertib ketika akan izin ke belakang, dan sebagainya. Meskipun demikian dengan usulan dan tanda tangan sebagai komitmen murid secara bersama dan dengan guru maka keyakinan kelas menjadi piagam atau kontrak untuk ditaati bersama.

Demikian sosialisasi dan penerapan hasil dari modul 1 pelatihan guru penggerak telah kami lakukan. Semoga bermanfaat bagi para pembaca dan mohon dukungan, saran, maupun kritikannya. Adapun link video selengkapnya berada di bawah ini. Terima kasih.



Get free daily email updates!

Follow us!


Ditulis Oleh: Rochimudin ~ Untuk Pendidikan Indonesia

Artikel Sosialisasi Budaya Dan Disiplin Positif Semoga bermanfaat. Terimakasih atas kunjungan dan kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar baik FB comment maupun comment di blog. Sebaiknya berikan comment selain di FB comment agar cepat teridentifikasi.

Artikel Berkaitan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan

//