News

Latest Post
Loading...
“Tiga syarat menghadapi tantangan global; perkuat kemandirian bangsa, tingkatkan daya saing, dan miliki peradaban bangsa yang mulia”. (Susilo Bambang Yudhoyono)

Selasa, 31 Mei 2022

MANAJER HANDAL DALAM PEMBELAJARAN

Rochimudin | Selasa, 31 Mei 2022 | 22.56 |
Mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik sudah menjadi tugas konservatif seorang guru. 

Tugas konservatif artinya memang sudah seharusnya dari dulu sampai sekarang dengan payung Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Apabila dihitung maka sudah 17 tahun pemberlakuan undang-undang tersebut. Dari sudut pandang pendidikan, selama 17 tahun apakah tidak ada perubahan yang berpengaruh pada tugas guru? Perkembangan iptek, pandemi Covid19, dan kurikulum merdeka tidakkah perlu redefinisi peran guru? Mari kita bahas lebih lanjut. 

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah 17 tahun menjadi payung hukum guru dalam menjalankan profesinya. Selama itu telah terjadi perubahan iptek, perubahan kurikulum, revolusi industri 4.0, dan society 5.0. Ada perubahan gaya hidup masyarakat dengan keberadaan gawai dan internet yang menghasilkan digitalisasi beberapa aspek kehidupan. Kita bisa berbelanja dan memesan apapun melalui online shop, bahkan bisa meminjam uang melalui pinjaman online. Masyarakat semakin menghargai informasi untuk mengetahui segala sesuatu. Ini menjadi tantangan dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran bagi guru.

Guru dituntut oleh perubahan jaman untuk memasukkan materi pembelajaran (konten) secara menarik ke dalam suatu aplikasi atau platform pembelajaran. 

Meskipun guru dapat mengambil dari konten yang sudah ada di internet seperti video di youtube, konten bacaan di rumah belajar, buku elektronik di google, aplikasi game atau belajar di playstore dan website, namun keberadaan karya inovatif guru itu sendiri sangat penting. Setiap sekolah memiliki platform e-learning namun guru diminta memasukkan konten di portal e-learning sekolah ataupun e-learning pribadinya (seperti blog, microsite, classroom, dan sebagainya). Disini hubungan komunikasi antara guru dengan siswa menjadi tidak bersekat (borderless) melalui aplikasi chating atau komunikasi instan seperti WhatsApp, Telegram, Email, dan sebagainya.

Semangat dalam mendidik murid (Sumber: google.com)

Pandemi covid19 telah memaksa guru menguasai teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Realitas pembelajaran setelah pandemi covid19 saat ini dapat dilakukan dengan moda daring (online), luring (offline), dan kombinasi (daring dan luring). Hal tersebut memerlukan keterampilan guru dalam pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi dan pemanfaatan sumber belajar. 

Tingkatan guru dalam penguasaan TIK dibagi dalam empat tahapan yaitu substitusi, adaptasi, modifikasi, dan redefinisi. 

Substitusi yaitu teknologi menjadi alat bantu komunikasi siswa dengan guru misalnya ceramah dan tanya jawab melalui video conference. Adaptasi misalnya penggunaan video conference untuk menghadirkan narasumber secara langsung maupun rekaman video sehingga terjalin komunikasi dengan difasilitasi oleh guru. Siswa melakukan presentasi dan unjuk kebolehan dengan dikritisi oleh siswa lain dalam pembelajaran merupakan tahapan modifikasi. Sedangkan redefinisi berarti penggunaan video conference untuk unjuk pameran karya siswa melalui display yang dapat diakses secara langsung maupun rekaman dengan melibatkan aplikasi lain seperti media sosial. Selain video conference, guru dapat belajar berbagai aplikasi pembelajaran dan literasi digital misalnya melalui belajar.id maupun bergabung dalam acara nguping bersama satu guru melalui link disini.

Guru sebagai agen perubahan berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana peserta didik yang terdiri dari beragam tipe kecerdasan dapat menguasai konten dan sikap yang dibelajarkan. Menurut Profesor Howard Gardner ada delapan tipe kecerdasan sebagaimana dalam gambar berikut.

Meskipun demikian, secara umum dapat dikerucutkan menjadi tiga tipe kecerdasan yaitu haptik atau kinestetik, visual, dan auditorial. Model pembagian tipe kecerdasan tersebut tepat digunakan untuk membantu mengenali kekuatan individu dan gaya belajar siswa. Oleh karena itu pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai untuk mengakomodasi beragam tipe kecerdasan peserta didik.

Sekolah di era disrupsi sekarang ini seharusnya memiliki perbedaan dari sekolah sebelumnya. Salah satu perbedaannya adalah menggunakan seluruh komunitas sebagai lingkungan belajar. Kedua yaitu sumber belajar tersedia secara bervariasi, baik mencari di internet maupun memproduksi sendiri. Perencanaan strategi pembelajaran oleh guru akan lebih mudah apabila merencanakan secara keseluruhan terlebih dahulu. Ibarat bermain puzzle, akan terlihat lebih mudah apabila melihat gambar keseluruhannya lebih dulu sebelum bermain atau mempraktikkannya.

Dengan merdeka belajar, guru berperan sebagai manajer pembelajaran yang mengelola kelas pembelajarannya sebaik mungkin. 

Pengelolaan pembelajaran dalam segala hal di kelasnya dengan memanfaatkan sumber daya dan sumber dana sekolah yang ada serta dukungan stakeholder yang ada. Ibarat seorang manajer dalam klub sepak bola, seorang manajer berperan sebagai pemimpin dan pelatih yang bertanggung jawab terhadap prestasi tim atau klubnya. Tidak ada seorang manajer yang sukses sendirian. Ia membutuhkan dukungan dan sumber daya untuk melakukan latihan dalam rangka menghadapi pertandingan demi pertandingan. Ia akan dianggap berhasil apabila timnya menang atau memperoleh gelar dan dianggap gagal apabila kalah dalam pertandingan demi pertandingan. Namun yang terpenting bukanlah menang atau kalah, namun bagaimana mengatur strategi dan manajemen diri menghadapi risiko pekerjaan.

Manajer pembelajaran yang handal mampu menyusun strategi yang tepat dengan mengorganisasi sumber daya dan dukungan yang ada sesuai dengan konten dan tujuan pembelajaran. Kemudian strategi tersebut diimplementasikan secara efektif dan efisien. Manajer melakukan pembimbingan, memotivasi, monitoring, dan peka terhadap situasi dan kondisi yang terjadi saat pelaksanaan pembelajaran. Setelah selesai melakukan evaluasi ketercapaian tujuan dan persiapan untuk pembelajaran berikutnya. Pembelajaran akan menyenangkan apabila dilakukan secara menarik. Sebagaimana semangat belajar yang dikatakan oleh Thomas Alfa Edison, sang penemu lampu listrik, “Saya tidak pernah bekerja seharipun dalam hidup saya. Semua adalah keasyikan”.


  

Tentang Penulis
Rochimudin, S.Pd. lahir di Kebumen, 21 Januari 1976. Berprofesi sebagai guru sejak tahun 1999 sampai sekarang. Sekarang mengajar di SMA Negeri 5 Semarang mata pelajaran PPKn. Selain mengajar juga menulis untuk berbagi pengalaman di media sosial seperti blog. Blog yang dikelola diantaranya https://edukasiyana.blogspot.com/.
Terima kasih telah berkunjung di blog ini dengan membaca dan meninggalkan jejak digital berupa komentar.

Get free daily email updates!

Follow us!


Ditulis Oleh: Rochimudin ~ Untuk Pendidikan Indonesia

Artikel MANAJER HANDAL DALAM PEMBELAJARAN Semoga bermanfaat. Terimakasih atas kunjungan dan kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar baik FB comment maupun comment di blog. Sebaiknya berikan comment selain di FB comment agar cepat teridentifikasi.

Artikel Berkaitan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan

//