Suatu sore anakku, Dimas yang baru berumur 3 tahun berdebat dengan Deva, kakaknya yang berumur 7 tahun. Bagi Dimas, Spiderman adalah pahlawan yang hebat, karena dapat bergelantungan di gedung-gedung tinggi dan loncat untuk menangkap penjahat. Ya, penjahat yang merugikan masyarakat. Sang kakak menimpali, Superman lebih hebat karena dapat terbang tinggi sampai ke langit dan dengan sorot matanya dapat melelehkan besi. Kalau ditembak, Superman tidak akan mati.
Sang adik menimpali, Spiderman memiliki senjata jaring laba-laba yang sangat kuat sehingga penjahat yang diikat tidak dapat melarikan diri. Orang-orang mengidolakan kehadirannya. Deva menyanggah, penjahat yang disorot atau dipukul oleh Superman akan mati atau pingsan. Superman betul-betul pahlawan hebat. Sang adik jengkel dan mulai panas, keduanya hampir berkelahi.
Siapakah yang lebih hebat? |
Dari cerita di atas, di jaman sekarang ini sebagian besar anak banyak yang mengidolakan tokoh kartun atau animasinya sebagai pahlawan. Mengapa? Lalu, apakah anak-anak kenal dengan Diponegoro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan sebagainya? Adakah pahlawan kartun atau animasi Indonesia yang diidolakan mereka? Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab dengan logika dan karya nyata.
Tidak bijaksana menyalahkan anak-anak apabila tidak mengenal pahlawan bangsa. Mereka tumbuh dan berkembang di era yang berbeda jaman dengan kita (orang tua). Anak-anak generasi abad XXI ini tumbuh di tengah kepungan media digital. Media digital teknologi informasi dan komunikasi yang berisi segalanya baik kebaikan maupun keburukan. Mereka hidup di depan TV, menggenggam smartphone, bergaul di media sosial, dan kemudahan kebutuhan lainnya.
Sementara sosok pahlawan bangsa ini, paling tidak sampai saat ini, hanya dikenalkan oleh sekolah melalui pelajaran atau guru-guru, melalui buku yang berisi gambar-gambar statis dan cerita-cerita yang tidak berubah. Pahlawan yang telah berjasa pada bangsa dan negara ini belum banyak dikenalkan melalui media digital atau media-media yang akrab dan familier dengan jamannya anak sekarang.
Tidakah kita sebagai orang tua, sekolah atau kampus, dan pemerintah berpikir untuk mewujudkan sosok pahlawan bangsa ini melalui film animasi, film kartun, game, atau aplikasi yang merangsang anak sekarang untuk tahu. Sosok pahlawan yang tidak sekedar melawan penjajah namun mampu melawan kejahatan, kebathilan dan nafsu dalam dirinya untuk kepentingan orang banyak.
Memaknai tema hari pahlawan tahun 2015 dengan Semangat Kepahlawanan adalah Jiwa dan Ragaku, maka perlu dipikirkan dan diwujudkan dengan karya nyata sosok pahlawan dan nilai-nilai kepahlawanan melalui media-media digital.
Nilai-nilai kepahlawanan seperti berani membela yang benar, tidak kenal menyerah atau putus asa, berkorban untuk bangsa dan negara, berusaha keras, tidak diskriminatif, mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan, dan sebagainya perlu diteruskan dan dikembangkan kepada generasi muda. Generasi muda dimulai dari anak-anak, remaja dan pemuda. Nilai-nilai kebaikan yang dicontohkan oleh para pahlawan harus menjadi landasan atau dasar dalam bersikap dan bertingkah laku di era sekarang. Nilai-nilai ini membutuhkan penerapan atau aplikasi yang berbeda karena jaman sudah berubah dan tantangan juga berbeda.
Dengan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepahlawanan maka dunia maya dengan beragam media digital dan media sosialnya dapat menjadi lebih baik dan santun yang jauh dari kekerasan, fitnah, pornografi dan pornoaksi, dan kejahatan digital lainnya. Sudah saatnya kita menjadi pemain di media digital yang bernafaskan nilai-nilai kepahlawanan. Bangsa ini tidak kekurangan jumlah pahlawan, tetapi kekurangan orang-orang yang berjiwa kepahlawanan.
Oleh karena itu, anak-anak dan generasi bangsa ini perlu dikenalkan dan dimudahkan dalam mengenal sosok pahlawan bangsa melalui berbagai media digital (animasi, kartun, film, dan sebagainya). Pemerintah harus mendorong upaya ini sebagai bagian dari program revolusi mental. Dengan media digital diharapkan anak-anak negeri ini akan kembali mengidolakan sosok pahlawan bangsa yang telah nyata terbukti jasa dan perjuangannya. Itulah yang harus kita maknai dalam peringatan hari pahlawan tahun 2015 ini. Kalau sudah begini, hebat mana antara pahlawan bangsa dengan Spiderman? Pahlawan bangsa telah terbukti jasa, perjuangan, dan hasilnya. Sedangkan Spiderman hanya tokoh ilusi dalam film.
Semoga era digital ini dipenuhi para pahlawan digital yang mampu berkarya mengangkat sosok pahlawan dan perjuangannya di berbagai media digital untuk kebaikan bangsa ini. Bangsa yang besar di era digital adalah bangsa yang mampu menghargai jasa pahlawan melalui karya-karya digital. Sekali lagi Selamat Hari Pahlawan tahun 2015.
Sementara sosok pahlawan bangsa ini, paling tidak sampai saat ini, hanya dikenalkan oleh sekolah melalui pelajaran atau guru-guru, melalui buku yang berisi gambar-gambar statis dan cerita-cerita yang tidak berubah. Pahlawan yang telah berjasa pada bangsa dan negara ini belum banyak dikenalkan melalui media digital atau media-media yang akrab dan familier dengan jamannya anak sekarang.
Daftar Pahlawan Indonesia (dok: youtube.com)
Tidakah kita sebagai orang tua, sekolah atau kampus, dan pemerintah berpikir untuk mewujudkan sosok pahlawan bangsa ini melalui film animasi, film kartun, game, atau aplikasi yang merangsang anak sekarang untuk tahu. Sosok pahlawan yang tidak sekedar melawan penjajah namun mampu melawan kejahatan, kebathilan dan nafsu dalam dirinya untuk kepentingan orang banyak.
Memaknai tema hari pahlawan tahun 2015 dengan Semangat Kepahlawanan adalah Jiwa dan Ragaku, maka perlu dipikirkan dan diwujudkan dengan karya nyata sosok pahlawan dan nilai-nilai kepahlawanan melalui media-media digital.
Nilai-nilai kepahlawanan seperti berani membela yang benar, tidak kenal menyerah atau putus asa, berkorban untuk bangsa dan negara, berusaha keras, tidak diskriminatif, mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan, dan sebagainya perlu diteruskan dan dikembangkan kepada generasi muda. Generasi muda dimulai dari anak-anak, remaja dan pemuda. Nilai-nilai kebaikan yang dicontohkan oleh para pahlawan harus menjadi landasan atau dasar dalam bersikap dan bertingkah laku di era sekarang. Nilai-nilai ini membutuhkan penerapan atau aplikasi yang berbeda karena jaman sudah berubah dan tantangan juga berbeda.
Dengan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepahlawanan maka dunia maya dengan beragam media digital dan media sosialnya dapat menjadi lebih baik dan santun yang jauh dari kekerasan, fitnah, pornografi dan pornoaksi, dan kejahatan digital lainnya. Sudah saatnya kita menjadi pemain di media digital yang bernafaskan nilai-nilai kepahlawanan. Bangsa ini tidak kekurangan jumlah pahlawan, tetapi kekurangan orang-orang yang berjiwa kepahlawanan.
Oleh karena itu, anak-anak dan generasi bangsa ini perlu dikenalkan dan dimudahkan dalam mengenal sosok pahlawan bangsa melalui berbagai media digital (animasi, kartun, film, dan sebagainya). Pemerintah harus mendorong upaya ini sebagai bagian dari program revolusi mental. Dengan media digital diharapkan anak-anak negeri ini akan kembali mengidolakan sosok pahlawan bangsa yang telah nyata terbukti jasa dan perjuangannya. Itulah yang harus kita maknai dalam peringatan hari pahlawan tahun 2015 ini. Kalau sudah begini, hebat mana antara pahlawan bangsa dengan Spiderman? Pahlawan bangsa telah terbukti jasa, perjuangan, dan hasilnya. Sedangkan Spiderman hanya tokoh ilusi dalam film.
Selamat hari Pahlawan (dok gbr: viaberita.com) |
Semoga era digital ini dipenuhi para pahlawan digital yang mampu berkarya mengangkat sosok pahlawan dan perjuangannya di berbagai media digital untuk kebaikan bangsa ini. Bangsa yang besar di era digital adalah bangsa yang mampu menghargai jasa pahlawan melalui karya-karya digital. Sekali lagi Selamat Hari Pahlawan tahun 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar